Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LEKTUR KLASIK KEPENDIDIKAN ISLAM GENRE PSIKOLOGI

LEKTUR KLASIK KEPENDIDIKAN ISLAM  GENRE PSIKOLOGI

Hubungan Pendidikan Islam dan Psikologi

Pendidikan Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadah.” Jika dimaknai secara bahasa memiliki makna berbeda satu sama lain secra terminologi, hal ini dipengaruhi susunan kalimat saat kata itu digunakana. Pendidikan Islam merupakan upaya terbaik untuk menentukan karakter siswa berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Upaya ini hendaknya senantiasa diwujudkan melalui pengarahan, kepedulian, bimbingan,  pengarahan, sekaligus menciptakan potensi manusia untuk lebih mengembangkan sifat-sifat keilmuan dan moral yang berlandaskan syariat.

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mengkaji atau mendalami perilaku manusia dan fungsi mental ilmiah. Dalam kajiannya psikologi mencoba untuk mempelajari peran fungsi mental dalam perilaku individu dan kelompok, selain itu juga disertai pembelajaran tentang proses fisiologis dan neurobiologis yang mendasari perilaku manusia  Makna psikologi secara bahasa kata psikologi berasal dari bahasa Yunani penggabungan dari dua kata yaitu psyche dan logos yang berarmakna jiwa dan ilmu 

Ilmu jiwa dan psikologi keduanya tampak mendapati perbedaan disebabkan  istilah Bahasa Indonesia sehari-hari. Ilmu jiwa lebih dikenal secara umum meliputi segala pemikiran, tanggapan, khayalan, pengetahuan dan spekulasi mengenai jiwa. Sedangkan psikologi merupakan istilah ilmu pengetahuan yang didapatkan secara sistematis dan struktural melalui penerapan metode-metode ilmiah yang mengandung dan melalui sejumlah syarat yang telah dipatenkan oleh para sarjana psikologi. Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa  lain Ilmu jiwa belum tentu psikologi, tetapi psikologi sudah pasti ilmu jiwa.

1. Buku Tahdzib Akhlaq Karya Ibnu Miskawaih

Buku Tahdzib Akhlaq yang ditulis Ibnu Miskawaih telah diterjemaahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan judul Menuju Kesempurnaan Akhlak. Buku ini diterbitkan di Bandung (Mizan) Pada tahun 1994. Buku ini berjumlah 1999 halaman mengemukakan tentang kesehatan jiwa dan kesehatan berpikir dalam pendekatan ilmu akhlak.

Ibnu Maskawih memaknai jiwa sebagai subtansi sederhana terdapat pada diri manusia yang tidak dapat dikelompokkan dengan alat Indera. Ia berpendapat bahwa jiwa bukan fisik dan bukan pula bagian dari fisik manusia serta jiwa itu bukan kondisi fisik, kedudukan jiwa itu berasal dari subtansi tertinggi dan mulia Selanjutnya, kesehatan jiwa atau pembersihan jiwa  dibagi menjadi dua bagian, yaitu menjaga kesehatan selagi sehat, dan menyembuhkan disaat sakit.  

Perawatan jiwa harus diiringi dengan perawatan tubuh melalui upaya menjaga kesehatan selagi sehat atau biasa disebut dengan mencegah penyakit, selanjutnya pemulihan disaat sakit. Dengan keterengan ini dapat disimpulkan bawah seseorang orang yang berjiwa sehat maka fisiknya juga sehat, kendatipun dirinya mengalami sakit maka proses pemulihan akan lebih mudah dibandingkan orang yang tidak berjiwa sehat 

Artikulasi dari kata “jiwa” Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa jiwa berasal akal aktif (‘aql-fa’al), Jiwa manusia tidak akan akan hancur meskipun jasadnya sudah melebur dengan. Seseorang yang sudah meninggal maka jiwanya akan tetap hidup, hal ini menurut Ibnu Miskawaih karena jiwa bukan bagian dari jasad manusia. 

Ibnu Miskawaih mengelompokkan jiwa manusia kepada tiga bagian yang disebut dengan yaitu Nafs al- Bahimiyah (nafsu kebinatangan) suatu hal yang buruk seperti perilaku atau perbuatan hewan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh manusia selanjutnya Al Nafs al-Sabu’iah (nafsu binatang buas) jiwa yang sudah berwujud menjadi sifat seperti tamak (rakus) dan terakhir Al Nafs al- Nathiqah (jiwa yang cerdas) suatu hal yang baik atau dapat dimaknai dengan kecerdasan

Dalam hal ini Ibnu Miskawaih menjelaskan tentang jiwa dan sifat-sifatnya. Menurutnya, seseorang akan mendapatkan kebahagian atau mampu menggapai kebahagian hidup jika ia mampu menciptakan kebahagian moral dengan memenuhi sifat-sifat jiwa itu sendiri, salah satu upaya untuk memenuhi sifat jiwa itu adalah asupan ilmu. Ibnu Miskawaih mengemukakan bahwa dengan adanya penguasaan ilmu, untuk menggapai kebahagiaan seseorang tidak akan bergantung pada hal-hal yang bersifat materi saja. Dengan ilmu seseorang akan tertuntun memiliki kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan sehingga ia mengenali dirinya dan untuk apa ia hidup.

Ibnu Miskawaih juga menjelaskan bahwa dibawah jiwa terdapat daya pengenalan akal, dengan akal seseorang mampu membedakan baik buruk terhadap sesuatu. Ibnu Miskawaih mengelompokkan jiwa manusia kepada tiga bagian yang disebut dengan daya yaitu:
  1. Daya Rasional atau jiwa Rasional, yaitu jiwa yang menjadi dasar berpikir,menalar, membedakan hakikat segala sesuatu. Daya rasional ini berpusat pada otak.
  2. Daya Emosi atau Jiwa Emosinal). Jiwa inilah yang menjadi dasar munculnya  amarah keberanian, ambisius dan sikap keras lainnya untuk mendapatkan keinginan berkuasa, keingianan suatu pencapaian atau pada ketinggian pangkat dan berbagai ambisi kesempurnaan.  Daya emosi dan jiwa emosional ini berpusat pada hati.
  3. Daya Syahwat atau Nafsu Syahwat, Jiwa inilah yang menjadi syahwat, usaha mencari makan, kerinduan untuk menikmati makanan, minuman, sosial dan perkawianan, serta berbagai kenikmatan inderawi lainya. Daya jiwa ini ada di dalam hati

Konteks Penulisam Tahdzib Akhlaq Karya Ibnu Miskawaih

Buku Tahdzib Akhlak Ibnu Miskawaih ini lebih bayak banyak dipengaruhi atau condong pada pemikiran oleh filsafat Yunani seperti Aristoteles, Forforius, Plato, Enbadgless, dan sejumlah filosof Yunani lainya. Popularitas literatur karya Ibnu Miskawaih pada umumnya didasari dari pemikirannya dalam filsafat dibidang etika yang merupakan sealiran dengan pendapat-pendapat yang pernah dikemukakan oleh Plato dan Aristotels.


Relevansi Buku Tahdzib Akhlaq Dimasa Modern

Buku Tahdzib Akhlaq masih relevan khsusunya dalam aspek psikologi pendidikan Islam. Hali ini didasari secara konseptual kajian yang terdapat pada Kitab Tahdzib Akhlaq tentang potensial manusia dapat dijadikan indicator dalam pembelajaran khususnya studi islam.

Pemikiran  Ibnu Miskawaih  yang dijabarkan dalam Buku Tahdzib Akhlaq tentang al Nafs al Bahimiyyah, al-Nafs Sabu`iyaah dan al Nafs Nathiq, dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu Buku Tahdzib Akhlaq ini juga dapat dijadikan suatu solusi atau pedoman dalam menghadapi tantangan  dekadensi moral dimasa sekarang khususnya bagi ummat Islam.
Islam yang mengajarkan pendidikan akhlak al-karimah dan menempatkan adab diatas ilmu tentunya harus memiliki formula dalam mencegah pengaruh-pengaruh yang berpotensi merusak moral. 

Buku Tahdzib Akhlaq yang berisi tentang akhlak dan ilmu jiwanya dapat menuntun manusia ketika mengarahkan hawa nafsu kerarah yang positif dengan mengikuti pengetahuannya yang akurat, sehingga, manusia tidak menghamba atau diperbudak oleh hawa nafsunya 
Dalam kependidikan islam dimasa sekarang, pemikiran yang dikemukakan Ibnu Miskawaih dalam buku Tahdzib Akhlak masih sangat relevan dimasa sekarang untuk diterapkan dilingkungan pendidikan. 

2. Buku Firdaus Al-Hikmah Karya At-Thabari

Dari sekian banyak karya At-Tabari ada sebuah buku yang sangat tersohor yaitu buku berjudul ‘Firdaus Al-Hikmah”buku ini ditulis pada abad ke-9 M. Buku ini berisi tentang kajian psikologi yang sangat populer hingga pada maa modern ini dunia psikologi Islam menobatkan At-Thabari sebagai pencetus terapi penyakit jiwa. At-Tabari berhasilkan mengembangkan terapi penyembuhan penyaki jiwa yang pada pada saat ini disebut dengan istilah psikoterapi.

Dalam buku ‘Firdaus Al-Hikmah” At-Tabari mengemukakan pemikirannya bahwa untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa harus dengan melakukan sinergitas antara psikologi dengan kedokteran. At-Tabari meyakini dengan memperihatikan aspek konsling, pasien yang mengalami gangguan jiwa akan mendapati peluang besar untuk disembuhkan. Pemikiran At-Tabari ini didasari dengan pemahamannya terhadap sikap dan perilaku pasien yang pernah diamatinya yang melakukan hal-hal lumrah yang dilakukan manusia namun tidak pada tempat seharusnya. At-Tabari berpendapat bahwa adanya gangguan berlebihan terhadap imajinasi atau khayalan.

‘Firdaus Al-Hikmah”  menguraikan teori-teori penyembuhan penyakit jiwa dengan menitikberatkan pada upaya dokter dalam melakukan penyembuhan. Seorang dokter yang cerdas, memiliki wawasan yang luas dan humoris, kemampuan itu dapat diandalkan dengan berkomunikasi dengan pasien secara berkala. Sehingg menciptkan kepercayaan diri dari pasien

Firdaus al-Hikmah juga dilengkap dengan lmu pengetahuan medis (kesehatan) terdiri dari tujuh sub pembahasan yang ditulis menggunakan bahasa Arab, sebagian orang menyebut karya At-Tabari itu dengan sebutan Al-Khannash. Buku Firdaus al-Hikmah tergolong kedalam kategori ensiklopedia kedokteran terdiri dari 7 jilid dan 30 bagian dengan 360 bab. At-Tabari juga membagi ilmu kajian kedokteran menjadi beberapa bidang seperti kesehatan, perkembangan anak, psikologi dan psikoterapi. Dalam bagian Pengobatan dan Psikoterapi, Al-Tabari menekankan adanya kekuatan antara psikologi dan kedokteran, dan untuk upaya penyembuhan yang sugnifikan perlun diterapkan psikoterapi dan konseling dalam perawatan pasien.

Buku Firdaus Al-Hikmah suatu pesan penting dari Al-Thabari menyarankan bahkan memberi peringatan kepada dokter atau tenaga kesehatan agar tidak berjibaku dengan obat-obatan terhadap penyembuhan pasien. Al-Thabari mengemukakakn pemikirannya bahwa teknik psikoterapi memiliki potensi besar terhadap penyembuhan, dimana seorang dokter dan petugas kesehatan berbesar hati menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan pasien serta memberinya semangat atau motivasi untuk mencapai kesembuhan. 

Kontek Penulisan Buku Firadaus Al-Hikmah Karya At-Thabari

Buku Firdaus al-Hikmah, ditulis At-Thabari setelah ia memeluk agama Islam. Buku ini ia tulis menggunakan bahasa Arab, namun selanjutnya ia terjemahkan sendiri kedalam bahasa Syiria. Buku Firdaus al-Hikmah ini dibagi ke dalam tujuh bagian atau bab pembahasan . 
  1. Bab pertama At-Thabari memberik judul bahasa Kulliyat at-Ṭibb, disini ia mengemukakan tentang doktrin ilmu kesehatan terkini At-Thabari menyatakan penyembuhan penyakit medis akan terus berkembang seiring kemajuan pemikiran masyarakat. 
  2. Pada bab kedua At-Thabari menguraikan bagian-bagian organ tubuh manusia, ia juga menjelaskan konsep mejaga kesehatan, dan uraian tentang penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otot. 
  3. Pada bab ketiga At-Thabari berbicara tentang diet, suatu fenomena yang kerap dipraktikkan masyarakat modern dengan tujuan tertentu
  4. Pada bab keempat At-Thabari menguraikan seluruh penyakit yang biasa menimpa badan atau organ vital dalam tubuh manusia. 
  5. Dalam bab kelima At-Thabari menjelaskan tentang rasa dan warna yang terdapat dalam tubuh manusia
  6. Bab keenam At-Thabari menguraikan tentang obat-obatan dan  menjabarkan tentang racun yang berbahaya bagi tubuh manusia.
  7. Dalam bab ketujuh At-Thabari membahas sedikit tentang astronomi, pada bab ini juga ia menjabarkan ringkasan praktik pengobatan ala India.

Relevansi Buku Firdaus Al-Hikmah Dimasa Kini Pada Psikologi Kependidikan Islam

Pemikiran yang dikemukakan At-Thabari dalam upaya penyembuhan pasien masih sangat relevan dimasa sekarang disamping itu buku Firdaus Al-Hikmah juga masih terus dikaji dan dikembangkan di era modern.

Firdaus Al-Hikmah tidak hanya berlaku diruang lingkup kedokteran atau kesehatan saja namun pemikiran At-Thabari dalam buku Firdaus Al-Hikmah itu juga sangat penting diterapkan diruang lingkup pendidikan islam, jelas saja aspek psokologis juga berlaku di bidang pendidikan. 

Pendekatan psikologi merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keberhasilan pendidikan hingga dimasa sekarang ini masih terus berkembang literatur psikologi pendidikan yang dipedomani para pendidik diseluruh dunia. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa kitab Firdaus Al-Hikmah dianggap sangat relevan dengan perkembangan psikologi kependidikan Islam.

3. Buku Nafs wa Ruh Karya Fakhruddin Ar-Razi

Dalam karyanya Nafs wa Ruh yang berjudul (Jiwa dan Ruh) Fakhruddin Razi berpendapat bahwa jiwa manusia memiliki beberapa tingkatan yang melekat pada setiap manusia. 
  1. Tingkatan pertama disebut dengan tingkat tertinggi yaitu tingkat yang menghadap dan berurusan langsung dengan sang Khaliq, Ar-Razi menyebutnya dengan istilah (al-sabiqun, al-muqarrabun). Tingkatan ini dapat diraih atau didapati hanya dengan satu jalan jika  jika manusia mau bersungguh-sungguh melakukan praktek spiritual yang disebut dengan (al-riyadiyah al-ruhaniah) dengan istiqamah. 
  2. Tingkatan berikutnya adalah tingkatan pertengahan (ashab al-maymanah, al-muqtasidun). Untuk dapat mencapai tingkat kedua ini diperlukan ilmu akhlak (‘ilm al-akhlaq)
  3. Tingkatan berikutnya disebut dengan dengan istilah tingkat paling rendah dalam diri manusia, dimna jiwa manusia itu kerap disibukkan dengan kepentingan dan urusan duniawi, terlena dalam pemikiran hanya tuntuk dunia semata, Ar-Razi menyebutnya dengan istilah (ashab al-shimal, al-dhalimun).
Fakhruddin al-Razi juga membagi jenis manusia kedalam tiga bagian yaitu : 
  1. al-Nafs al-Mutmainnah jiwa yang tenang, jiwa yang penuh dengan kehidupan spiritualitas dan kedekatan dengan Tuhan, hal ini tertuang dalam Al-Qur’an surat al-Fajr, 89: 27 
  2. al-Nafs al-lawwamah jiwa yang masih cacat atau tercela seperti yang tertuang dalam surat al-Qiyamah 75: 2
  3. al-Nafs al-Ammarah bi al-su’ jiwa yang selalu mengarahkan manusia kepada keburukan seperti yang termaktub dalam surat Yusuf, 12: 53
Fakhruddin al-Razi dalam pemikirannya membedakan jiwa dengan tubuh yang disebut dalam karyanya (Ghayr al-bunyah al-zahirah al-mahshushah) jiwa bukanlah struktur lahiriah yang bisa dilihat secara inderawi. Fakhruddin al-Razi kemudian membuktikan pendapatnya itu dengan konsep dengan akal dan wahyu.

Kontek Penulisan Buku Nafs wa Ruh Karya Fakhruddin Ar-Razi

Penulisan buku ini lebih condong pada konsep pengkajian tauhid tasawuf yang dikemukakan Fakhruddin Razi untuk menyadarkan masyarakat akan posisi dan kewajibannya sebagai orang yang menganut agama dan mengakui adanya kekuasaan tuhan.

Untuk memperkuat pemikirannya Fakhruddin Razi mencatut ayat-ayat Al-Qur’an yang disesuaikan dengan konteks bahasan sehingga penulisannya lebih condong ke ranah literatur tafsir.

Adapun kelebihan dari buku ini adalah fungsi kedudukannya sebagai alat membantu pemahaman-pemahaman terhadap masyarakat yang mendalami ilmu kebatinan (pensucian diri), namun untuk kajian filsafat dan logika buku ini tidak banyak memberikan penjelasan yang relevan.

Relevansi Buku Nafs wa Ruh Dimasa Kini Pada Psikologi Kependidikan Islam

Dalam karyanya Fakhruddin Razi mengemukakan tingkatan manusia sebagai hamba yang diciptakan. Hal ini sangat penting terhadap pendidikan dan pembelajaran peserta didik dilingkungan pendidikan islam dan juga perlu diajarkan kepada orang yang baru memeluk islam

Pada dunia kependidikan islam pada aspek psikologi hal ini masih relevan dimasa sekarang, kedudukannya untuk menanamkan kesadaran terhadap peserta didik untuk mengedepankan ilmu dan akhlak untuk mencapat tingkatan (ashab al-maymanah, al-muqtasidun). Ilmu yang dipelajari untuk diamalkan dan dibarengi dengan budi pekerti serta tidak melewatkan proses perjalanan belajar dengan waktu yang sia-sia.




Posting Komentar untuk "LEKTUR KLASIK KEPENDIDIKAN ISLAM GENRE PSIKOLOGI"